Akad syariah



PEMBAHASAN

AKAD-AKAD TRANSAKSI SYARI’AH

1.      PENGHIMPUNAN DANA ( WADI’AH )

      Dalam hadis riwayat Abi Daut dijelaskan
                                                                                     
حَدَ ثَنَا اَبُوْ كَامِلْ اَنْ يَزِيْدَ  بْنَ زُرَيْعٍ  حَدّ ثَهُمْ حَدّ ثَنَا حُمَيْدٌ  يَغْنِي اطّوِيْلَ عَنْ يُوْ سُفَ بْنِ مَاهَكَ الْمَكِّيِّ قَالَ كُنْتُ اُكْتُبُ لِفُلَا نِ نَفَقَةَ اَيْنَامٍ كَا نَ وَلِيَهُمْ  فَغَالَطُوهُ  بِاَلْفِ  دِرْهَمٍ  فَاَدّاهَا  اِلَيْهِمْ  فَاَدْرَكَتُ  لَهُم مِنْ مالِهِمْ  مِثْلَيْهَا  قَالَ قُلْتُ  اَكْبِضُ اَلْا لْفَ الّذِيْ  ذَهَبُوا بِهِ مِنْكَ قَالَ لَاحَدّثَنِي اَبِي اَنّهُ سَمِعَ رَسُوَلَ اللهِ صَلّى اللهِ عَلَيْهِ  وَسَلّمَ  يَقُوْلُ  اَدّ لْاَمَانَةَ اِلَى مَنْ اْتَمَنَكَ
 وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
Nabi SAW bersabda..Alkamil berkata: “ Saya menulis untuk fulan tentang nafkah anak yatim, ia wali mereka, ia menyerahkan uang 1000 dirham, kemudian ia mengembalikannya kepada anak yatim tersebut, maka saya melihat harta mereka dua kali lipat .’’ Al-Maki berkata: “ saya akan mengambil 1000dirham yang dibawa mereka. “ orang tersebut menjawab: “Tidak, Ayahku bercerita padaku bahwa ia mendengar Nabi Bersabda : laksanakanlah amanat pada orang yang telah mempercayaimu dan janganlah menghianati  orang yang menghianatimu…         
       Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan  murni atau simpanan dari satu pihak ke pihak lain. Menerima simpanan pada dasarnya adalah yadul amanah (tangan amanah), jira hilang atau rusak maka penerima simpanan tidak wajib mengganti , kecuali akibat kelalainnya. Akan tetapi dalam aktivitas modern, tidak mungkin akan meng-idle –kan aset tersebut, tetapi mempergunakannya dalam aktivitas  perekonomian tertentu. Karenanya  ia harus minta izin dari pemberi titipan untuk kemudian mempergunakannya catatan ia menjamin akan mengembalikan aset dalam keadaan utuh.  Dengan demikian, yang terjadi bukan lagi yadul amanah, tetapi yad al-dhamanah (tangan penanggung) yang harus bertanggungjawab atas segala kerusakan dan kehilangan.
         Konsep yadul amanah dalam perbankkan, nasabah menitip barang atau uang pada bank dan pihak bank mengetahui biaya penitipan. Pihak bank tidak boleh menggunakannya. Adapun konsep yad al-dhamanah, nasabah menitipkan  dana pada bank sedangkan bank memamfaatkan dana tersebut dengan bagi hasil, sehingga mereka dapat bonus atau insentif.

. Dengan demikian mengacu pada konsep yad al-dhamanah, maka pihak bank dapat memamfaatkan dana nasabah untuk giro, tabungan berjangka, dan lainnya.

  1. BAGI HASIL. (PROFIT SHARING)
  1. Mudorobah
حَدَّثَنُا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ الْخَلِّالُ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ ثَابِتِ الْبَزَّارُ حَدَّ ثَنَا نَصْر بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنِ دَاوُدَ عَنْ صَالِحِ  بْنِ صهيب عن ابيه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ثَلَاثٌ  فِيْهِنَّ الْبَرَكَةُ الْبَيْعُ اِلَى اَجَلٍ وَالْمُقَارَضَةُ  وَاَخْلَا طُ الْبُرِّ بِالشَّعِيْرِ لِلْبَيْتِ لَا لِلْبَيْعِ
Artinya :Rasulullah saw bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara tangguh, muqaradlah (bagi hasil) dan mencampur gandum putih dengan gandum merah dengan untuk keperluan  rumah bukan untuk dijual.
        Dari hadis di atas dapat diketahui bahwanya. Mudharbah adalah salah satu solusi islam  untuk mencegah riba. Mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak  dimana pihak pertama yang disebut shabibul maal menyediakan seluruh modal kepada pihak kedua sebagai pengelola yang disebut mudharib dan keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan antara keduanya,  sebagaiman hadis berikut.        

     Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Malik dijelaskan

وَحَدَّثَنِي مَالِك عَنْ الْعَلاَء بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ اَبِيْه ِعَنْ جَدِّه اَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ اَعْطَاهُ مَالًا قِرَاضًا يَعْمَلُ فِيْهٍ عَلَى اَنِّ الرَّبح بينهما
Artinya  Usman bin affan menyerahkan hartanya untuk qirad (bagi hasil), dengan perjanjian labanya dibagi bersama.
    Qirad dalam hadis tersebut adalah salah satu pihak mempunyai harta, pihak lain mempunyai kemampuan usaha, Qirad adalah istilah lain dari Mudharabah. Secara umum kerjasama ini dibagi menjadi dua jenis: Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupanya luas tidak dibatasi spesifikasi jenis usaha. Dalam perbankkan, setatus pihak bank adalah sebagai shohibul maal 100% untuk usaha. Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqah yang mana si mudharib dibatasi dengan spesifikasi jenis usaha.
       Kerjasama ini sudah ada sejak zaman nabi. Kerjasama ini sangat membantu bagi orang yang mempunyai kemampuan dalam usaha  akan tetapi tidak mempunyai modal sehingga ia

 terhindar dari sistem riba. Para ulama Fiqih dalam mencari keafsahan mudharabah ini, secara umum mengacu kepada aspek latar belakang sosio-historisnya. Mereka menganalisa wacana-wacana kegiatan muamalah nabi saw, dan para sahabat yang terjadi pada waktu itu. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa al-Abbas telah mempraktikan mudharabah ketika ia

 memberi uang  kepada temannya dimana ia mempersyaratkan agar mitranya tidak mempergunakannya dengan jalan mengarungi lautan, menuruni lembah atau membelikan sesuatu yang hidup. Jika dia melakukan salah satunya, maka dia akan menjadi tanggungannya peristiwa ini dilaporkan kepada nabi, dan beliaupun menyetujuinya.
       
     Dengan demikian apabila terjadi kerugian yang disebabkan kecerobohan salah satu pihak, maka ia harus menanggung kerugiannya sendiri, tetapi kalau kerugian itu karna kecelakaan atau unsure ketidak sengajaan maka kerugian ditanggung bersama.
a.      Musyarokah
Abi Daut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْمَصِيِّصِ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الزَّبْرِ قَانِ عَنْ اَبِي حَيَّانِ التَّيْمِيّ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ اَبِي حُرَيْرَة َرَفَعَه ُقَالَ اِنَّ الله يَقُوْ لُ اَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَاِذَا خَانَهُ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا
                                                                                       
    Nabi saw bersabda: “Allah berfirman, “saya adalah pihak ketiga dari dua orang yang kongsi selama salah satumya tidak berhianat. Jika ia berhianat maka saya keluar dari kongsi dengan keduanya.’’
     Sebelum kita membahas hadis diatas kita ketahui terlebih dahulu pengertian musyarakah. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu asaha tertentu dimana  masing-masing memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam perbankkan, setatusnya adalah pemberi  sebagian dana.
                       
    Dari hadis di atas dapat dikerahui bahwasanya adanya perintah untuk membangun kepercayaan antara rekan kerja. Kita bisa mengetahui Swt. Akan memberkahi orang yang berkerjasama ketika keduaanya salimg percaya tidak ada kebohongan atau berhianat atas kesepakatan yang telah disetujui oleh keduanya. Hal ini menunjukan kecintaan Allah Swt


Kepada hamba-hamba-Nya yang melakukan kerjasama selama saling menjunjung tinggi amanat kerjasama  dan menjauhi penghianatan.
     Dalam  kerja sama bagi hasil harus jujur sebagaimana kita ketahui bahwasanya kerjasama dalam bisnis rasulullah dilandasi oleh dua pokok yaitu keperibadian yang amanah dan terpercaya, serta keahlian yang memadai. Kedua hal tersebut merupakan pesan moral yang bersipat universal  yang uraiannya antara lain shidik  yang artinya benar dan jujur, tidak pernah berdusta dalam menjalankan  bisnis, istiqomah yaitu secara konsisten menampilkan dan mengimplementasikan nilai-nilai di atas.

3.      JUAL BELI
a.       Murobahah (Bank Penjual, Nasabah: Pembeli)
Murobahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi tau harga asal dengan tambahan keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Didalam perbankkan konvensional ada produk kredit dengan system bunga. Dalam perbankkan syari’ah menggunakan prinsip jual beli yang disebut murabahah. Misalnya, bank membeli mobil yang diinginkan  nasabah kemudian dijual. Karena bank menalangi dana terlebih dulu, pada saat menjual pada nasabah, harga lebih sedikit menjadi mahal sebagai bentuk keuntungan buat bank.
b.      Salam
Bukhori                                              
حدثنا صد قة اخبرنا ابن عبينه اخبرنا ابن ابي نجيح عن عبد الله بن كثير عن ابي المنهال عن ابي عباس رضي الله عنهما قال قدم النبي صلى الله عليه  وسلم المدينة وهم يسلفون بالتمر السنتين والثالاث فقال من اسلف في شيء ففي كيل معلوم ووزن معلوم الى اجل معلوم حدثنا على حد ثنا سفيان قال حد ثني ابي نجيح وقال فليسلف في كيل معلوم الى اجل معلوم حد ثنا قتيبة حدثنا سفيا ن عن ابن ابي نجيح عن عبد الله بن كثير عن ابي المنهال قال سمعت ابن عباس رضي الله عنهما يَقُوْلُ قَدِمَ  النَّبِيُّ صَلَّى الله ِعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ فِيْ كَيْلٍ مَعْلُوْمٍ وَوَزْن ٍمَعْلُومٍ اِلَى اَجَلٍ مَعْلُوْمٍ
Nabi SAW bersabda: “Barang siapa melakukan ‘salam' hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui,’’
           Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa dalam transaksi baias-salam mengharuskan adanya dua hal:


1.      Pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas
2.      Adanya keridaan yang utuh antara kedua belah pihak, hal ini terutama dalam menyepakati harga.
Adapun syarat-syarat salam adalah:
1.      Modal harus diketahui artinya barang yang akan disuplay harus diketahui jenis, kualitas dan jumlah hokum awal mengenai pembayaran adalah harus dalam bentuk uang tunai.
2.      Penerimaan pembayaran salam: mayoritas ulama mengharuskan pembayaran salam dilakukan ditempat kontrak.
      Dalam perbankkan, bai’as-salam biasanya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatip pendek yaitu 2-6 bulan karena yang dibeli oleh bank adalah barang seperti padi, jagung’, cabai, dan bank tidak berniat untuk menjadikan barang-barang tersebut sebagai simpanan atau inventori. Dilakukanlah akad bai’as-salam kepada pembeli kedua, misalnya kepada Bulog, pedagang, pasar induk atau grosir.

4 .JASA
a.      Wakalah
حدثنا يحيى عن مالك عن ربيعة بن ابي عبد الرحمن عن سليمان بن يساران رسول
 الله صلى الله عليه بَعَثَ أَبَا رَافِعٍ وَرَجُلً مِنْ الْاَ نْصَارِ فَزَوًجاَه ُمَيْمونَةَ بِنْتَ الْحاَرِثِ وَ
رَسُوَلَ الله صَلّي الله عَلَيْهِ وَسَلَم َبِالْمَدِيْنَة ِقَبْلَ أ َن ْيَخْرُجَ
Artinya: Rasullah SAW. mengutus aba rapik dan seorang laki-laki dari sahabad anshar untuk mewakili mengawinkan rasulullah dengan maemunah binti haris, sedang beliau belum keluar dari madinah.  
Dari hadis ini menunjukkan bahwa perwakilan berlaku untuk seumua akad, baik jual beli maupun sewa, hutang, pinjam memminjam maupun perkawinan. Dan wakalah di perbolehkan [3]sekalipun orang yang mewakilkan itu dapat hadir dan sehat secara fisik seperti nabi yang sehat dan hadir pada hadis tersebut diatas. Hadis ini sekaligus menjawab pendapat abu hanipah yang tidak di perbolehkan mewakili orang yang tidak berhalangan.
Wakalah bermakna penyerahan atau pemberian mandat (pelimpahan wewenang) oleh seseorang pada yang lain dalam hal yang diwakilkan. Para ulamak sepakat kebolehan wakalah ini, bahkan cendung mensunahkan dengan alasan ta’awanuu al albirri wa al-taqwa. Dalam perbankan, nasabah mewakilkan pada pihak bank atas urusan keuangan yang dipunyai, dalam hal ini bank sebagai wakil.

         b. Kafala/doman              
            Bukhori:

حدثنا ابو عاصم عن يزيد بن ابي عبيد عن سلمة بن الاكوع رضي الله عنه ان النبي صلى الله   
عليه وسلم أُتِيَ بِجَناَزَةٍ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهاَ فَقَالَ عَلَيْهِ مِنْ دَيْنِ قَالُوا لَ ا فَصَلِّي عَلَيْه ِثُمَ أَتِي بِجَنَازَةٍ
 أُخْرَ ي فَقاَلَ هَلْ عَلَيْهْ مِنْ دَيْنْ قاَ لُوْا نَعَمْ قَالَ صَلِّوا عَلَى صَاحِبَكُم ْقَالَ أَبُو قَتَادَةَ عَلَيَّ دَيْنُه ُيَارَ
سُوْلَ الله ِفَصَلِّي عَلَيْهِ

Dari salamah bin akwa’:”Dibawa ke hadapan nabi,jenazah seseorang,mereka berharap nabi mqu meslamatinya. Nabi bertanya: “Adakah ia hutang?” mereka menjawab tidak,kemudian nabi mensalamatinya. Kemudian ada jenazah kedua,nabi bertanya:”adakah ia hutang?”mereka menjawab :”ia.”nabi bersabda :salatkan lah teman kamu itu.”Abu qatadah berkata;”hutangnya kami jamin,kemudian nabi mensalamatinya.

 Damam di benarkan oleh nabi,terbukti dengan hadis tersebut yang mana seseorang di perbolehkan menjamin hutang orang lain. Daman adalah menjamin hutang atau menghadirkan benda atau orang ketempat yang di tentukan.imam syafi’i menyatakan semuanya di jamin,barang siapa yang meminjam sesuatu,maka jika terjadi kelalaian atau kehilangan atau kerusakan maka meminjam wajib menanggungnya.orang yang berpiutang berhak menagih pada orang yang menjamin.jika hutang telah di bayar oleh penjamin,maka ia berhak meminta pada yang berhutang dengan syarat mendapat izin dari orang yang berhutang.dalam perbankan,nasabah di tanggung oleh pihak bank sebagai penjamin,asuransi

           c.Hiwalah
         Bukhori
حدثنا عبد الله بن يوسف اخبرنا ملك عن ابي الزناد عن الاعرج عن ابي هريرة رضي الله
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قاَلَ مَطْلُ ألْغَنِيَّ ظُلْمٌ فَإِزَا أَتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ  
 Rasulullah SAW bersabda: “menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman dan jika salah seorang dari kamu di ikutkan (dihawalahkan) kepada orang yang mampu atau kaya,terimalah hawalah itu.



 Alhawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya dalam istilah para ulama hal ini merupakan pemindahan beban hutang dari muhil(orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang.
Pada hadis tersebut rasulullah memberi tahukan kepada orang yang menghutangkan,jika orang yang berhutang menghawalahkan kepada orang yang kaya atau mampu,hendaknya ia menerima hawalah tersebut dan hendaklah ia menagih kepada orang yang di hawalah kan(muhalalaih) dengan demikian ,hanya dapat terpenuhi.Adapun aplikasi dalam perbankkan.
1.      factoring: Para nasabah yaqng memiliki piutang kepada pihak ketiga piutang pada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan bang menagihnya dari pihak ketiga itu.
2.      post-dated chek: bank bertindak sebagai juru tagih,  tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

          [4] d. Rahn
           Bukhori:
 حدثنا معلى بن اسد حدثنا عبد الواحد حدثنا الاعمش قال ذكرنا عند ابرهم الرهن في
السلم فقال حدثني الاسود عن عاءشة رضي الله عنها النبي صلى الله عليه وسلم اثْتَرَى
 طَعَامًا مِنْ يَهُوْ دِيٍّ إِلَى أَجَلٍ وَرَهَنَهُ دِرْعًا مِنْ حَدِيْدٍ
[5]Aisyah RA berkata:”Rasulullah SAW membeli makanan pada seorang yahudi sampai pada waktu yang jelas dan menjaminkan kepadanya baju besi.

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang di terimanya.Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagai piutangnya. Secara sederhana, bahwa Rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
Ar-rahn memiliki 4 unsur yaitu: rahin(orang yang memberikan jaminan)  al-murtahin(orang yang menerima,) al-marhun(jaminan) al-marhunni (hutang). Menurut ulama hanafiyah rukun rhan adalah ijab dan Kabul dari rahin dan al-Murtahin, sebagaimana dalam akad yang lain. akan tetapi, akad dalam rahn tidak akan sempurna sebelum adanya penyerahan barang.


 Di beberapa Negara islam termasuk diantarany adalah Malaisia, akad rahn telah dipakai sebagai alternative dari penggadaian konvensional . bedanya dengan penggadaian biasa, dalam rahn nasabah tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan. Perbedaan utama antara biaya rahn dan biaya bunga penggadaian adalah dari sipat bunga yang biasa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan dimuka…

         e. Qordun
Qordun adalah memberikan sesuatu pada orang lain dengan perjanjian akan dibayar
      Ibnu Majah
                                                                                           
اَنَّ لنَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ  مَا مِنْ مُسَلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلَّا اكَانَ كَصَدَفْتِهَا
مَرَّةً قَالَ كَذَلِكَ أَنْبَاَنِي ابْنُ مَسْعُوْدٍ

Nabi SAW bersabda:” tiada seorang muslim yang meminjamkan muslim lainnya duaa kali kecuali yang satunya bernilai sedekah .”


                                                         
REFRENSI

Al-Qur’an dan terjemahnya Khadim Haramain asy Syarifain, Mamlakah Arabiah Asuudiyah
Dr. Habib Nazir, Muhammad Hasanuddin, S.Ag. Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syari’ah, Kaki langit, Bandung 2004.
Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Prenada Media, Jakarta 2005
Dr. Muhammad Rawwas Qal’ahji, Ensiklopedi Fiqh Umar bin Khattab ra, Raja Grapindo Persada, Jakarta, 1999.
Syafi’i Antonio Muhammad, Bank Syari’ah dari teori ke Praktik Gema Insani, Jakarta,
Lifi Nurdiana, M.Si, Hadis-Hadis Ekonomi (UIN –Malang Pers, 2008).



1.       Antonio, Bank syari’ah (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001).hlm. 86
[2]
2.       QS. an-Nisa’, 4:29 (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bati, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu).
3. Ibrahim Lubis, Ekonomi islam, Pengantar 2 (Jakarta: Kalam Mulia).hlm. 364
4. Antonio, Bank Syari’ah, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001), hln. 125
5. Ibid, hlm. 130

1 komentar :

bermanfaat gan artikelnya. saya suka yang berbau agama gini

Balas